Senin, 30 Maret 2009
pulanglah sayang
Kenapa kamu gak menyadarinya
Jika cinta masih ada di hatimu
Demi cinta yang pernah ada
Cepatlah pulang kehatiku…
Karena aku selalu berdiri ditempat
Yang sama seperti dulu
Kini telah kuruntuhkan
Semua dinding yang menghalangi cinta kita
Kembalilah padaku sayang
Aku menantimu…
Aku sangat merindukan kebersamaan
Kita yang seperti dulu
Cepatlah pulang sayang !!!
Dengan membawa lukisan cinta kita
Cepat pulang sayang !!!
Aku menunggumu…
Cepat kembali sayang …
Karena aku menantimu dengan cinta yang tulus
datamglah bila engkau sedih
Ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku aku perempuanmu
Mungkin pelukku tak sehangat senja
Ucapku tak menghapus air mata
Tapi aku disini sebagai perempuanmumu
Akulah yang tetap memelukmu erat
Saat kau berpikir mungkinkah berpaling
Akulah yang nanti menenangkan badai
Agar tetap tegar kau berjalan nanti
Sudah benarkah yang engkau putuskan
Garis hidup sudah engkau temukan
Engkaulah milikku sebagai lelakiku
Minggu, 01 Maret 2009
ABI
PENGALAMAN BELAJAR
Tibalah di kelas lima saya mendalami banyak mata pelajaran dan di kelas ini guru saya hanya menerangkan dan memberi contoh soal. Kemudian saya diharuskan mengerjakan soal latihan yang sudah ditentukan oleh guru. Setelah memberi soal latihan terkadang guru saya memberi pertanyaan lisan. Itu bertujuan agar saya bisa mengingat materi – materi yang diberikan kepada saya. Di samping mendalami pelajaran saya dianjurkan untuk mengerjakan tugas dan latihan sebanyak – banyaknya . Kata guru saya supaya nanti di kelas enam saya mulai terbiasa mengerjakan soal yang banyak .
Kelas enam , kelas ini adalah puncak dari pendidikan SD , maka saya harus lebih konsentrasi dalam pelajaran. Karena diakhir tahun pelajaran kelas enam saya harus mengikuti UAN, agar kelak saya bisa melanjutkan kejenjang berikutnya. Tentunya dengan syarat saya harus lulus dan nilai saya harus memenuhi Standar Nasional. Untuk mencapai itu guru saya harus menggembleng saya dengan berjuta – juta soal dan itu semua harus diulang dan diulang terus menerus sampai saya bisa. Guru saya menerangkan , mengajari praktek yang lebih mendalam lagi dan mengajari kami kunci yang mudah untuk cepat memahami materi dengan cara meringkas atau merangkum kata- kata yang penting . Karena soal – soal ujian itu berkaitan dengan pelajaran mulai dari kelas tiga sampai kelas enam, maka saya harus mengulang pelajaran tersebut seperti banyak membaca, mengerjakan latihan soal dan mempraktekannya.
Setelah saya lulus dari kelas enam saya mulai masuk kelas SMP yang lebih tinggi lagi tinkatannya. Disini saya menemukan banyak hal baru disamping saya mendapat pelajaran umum saya juga mendapat pelajaran agama. Karena saya sekolah sekaligus mondok. Pertama kali saya kaget karena sistem pelajaran di pondok itu dengan cara kekerasan beda dengan sistem yang ada pada sekolah luar pada umumnya. Disini saya mengikuti pelajaran umum juga mengikuti pelajaran madrasah. Mulai awal saya mengaji setiap selesai sholat mangrib dan subuh saya harus dan wajib mengikuti pengajian yaitu membaca AL-QUR'AN. Para ustad menyimak yang saya baca bila keliru saya dipukul dengan tasbih itu berlanjut terus menerus dan apabila masih tetap salah hari berikutnya harus mengulang kembali sampai benar –benar bisa. Saya kaget dengan kejadian seperti itu dan baru saya menyadari ternyata mondok itu seperti ini, tapi lama – lama saya menjadi terbiasa dengan hal seperti itu mungkin karena takut akhirnya saya harus sering mengulang dan mengulang setiap kali ingin maju ke ustad supaya tidak salah lagi dan takut kena pukul lagi.
Di SMP kelas satu selain harus beradaptasi dengan suasana baru dengan guru yang beda pula. Masih ada saja kesulitan karena setiap guru memegang bidang study masing – masing. Misal guru PPKN saya dulu beliau mengajar hanya menerangkan saja sampai saya pun jenuh setiap kali masuk topiknya itu dan itu selalu diulang – ulang tanpa sadar semua itu masuk dalam ujian kami, ternyata apa yang telah disampaikan itu keluar semua materi –materinya. Jadi dapat disimpulkan menurut saya semua apa yang telah diterangkan itu harus disimak dan dibuat catatan tersendiri. Selain menerangkan selalu membahas soal itu berlanjut setelah beliau menerangkan materi tersebut.
Kelas dua SMP saya paling suka pelajaran BIOLOGI saat itu karena cara penyampaian yang dibuat oleh guru saya adalah permainan dan langsung praktek dan memberi contoh secara langsung walaupun bahannya tidak terlalu lengkap. Setiap selasai pelajaran selalu memberi pertanyaan dan kami dituntut untuk selalu bertanya. Dari sini saya menemukan kesulitan lagi yaitu harus bertanya. Maka selain belajar melalui banyak mengerjakan banyak latihan yang berada dalam LKS dan harus memperhatikan dengan seksama mulailah sedikit demi sedikit pengertian yang saya peroleh dan saya mulai berani bertanya.
Berada dalam kelas tiga semuanya lebih tambah sulit lagi karena ini babak yang menentukan saya untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu SMA. Di kelas tiga SMP saya harus mengulang kembali pelajaran mulai dari kelas satu sampai kelas tiga. Semua sistem yang saya temui selalu mengulang dan mengulang. Disini saya juga dituntut untuk menerangkan suatu materi di depan kelas, saya juga harus lebih aktif dalam berbicara dan saling bertukar pikiran ini langkah awal belajar untuk berdiskusi. Belajar menyampaikan suatu topik pada orang lain. Terkadang ada guru yang mengajar SMA dan beliau mengajar SMP, sehingga terkadang mereka tidak bisa menyesuaikan dengan apa yang mereka hadapi saat itu , anak SMP ataukah anak SMA.
Penambahan kembali saat memperoleh pelajaran di sekolah madrasah saya saat itu diharuskan banyak menghafal ketimbang memahami suatu pelajaran sehingga apa yang telah di dapat terkadang hilang begitu saja. Seandainya tidak, saya mendapat hukuman entah itu berdiri sambil menghafal lagi atau yang lain. Para ustad, mereka bertumpu pada sistem menghafal padahal ini hanya sebatas kemampuan daya ingat setiap individu, seandainya ada yang cepat menghafal itu tidak jadi masalah dan malah kebanyakan dari kami itu sungguh sangat sulit untuk menghafal, dan kalaupun hafal entah beberapa waktu akan hilang.
Pada saat kelas satu SMA harus mulai lebih aktif lagi dalam artian segalanya harus lebih mandiri dan harus sering mengerjakan suatu tugas dengan sendiri. Saat itu ada pula seorang guru saya , beliau adalah seorang dosen tetapi beliau juga mengajar SMA sungguh tidak bisa dibayangkan karena sistem pembelajarannya hanya latihan – latihan saja. Kami diharuskan mempelajari materi itu sendiri dan apabila tidak mengerti langsumg ditanyakan, memang sistem ini sangat bagus tapi bagi kami yang daya pemahamannya rendah kami akan meras kesulitan, semuanya di sama ratakan seperti itu. Setelah memahami materi tersebut diusahakan untuk mengerjakan soal.
Kelas dua SMA kami sudah mulai menentukan jurusan apa yang akan kita ambil dan saat itu jurusan yang diajukan hanya dua yaitu IPA dan IPS , dikarenakan murid yang berjumlah terbatas dan dari mereka sebagian besar masuk IPS maka akhirnya hanya satu kelas saja yaitu Kelas IPS, materi yang paling dominan adalah ekonomi dan akutansi , ini membuat saya pusing karena setiap saat harus menghitung jumlah uang yang sangat besar dalam tanda kutip tidak ada uang. Apalagi sudah masuk dalam hal kredit dan debet jumlah keduanya itu harus seimbang. Dan saat itu pula guru saya harus memeriksa satu persatu dari tugas kami dengan cara dibimbing satu persatu dan apabila ada yang bisa harus mengajari temannya.
Menginjak kelas tiga, semuanya harus dipersiapkan dengan matang karena ini adalah finish untuk naik kejenjang perguruan tinggi, pelajaran muali dari eksperiment, observasi belajar membuat makalah dan lain sebagainya. Saya jadi ingat pada guru saya yang mengajar bidang Bahasa Inggris, beliau bisa menyeimbangkan tentang pengetahuan dan kemampuan yang kami punyai sehingga kami bisa mengerti apa yang telah dijelaskan walaupun terkadang kena sindiran menggunakan Bahasa Inggris. Good very student maksudnya karena sering tidak bertanya disamping tidak tahu artinya sehingga saat itu kami harus berusaha lebih keras lagi belajar supaya tidak selalu mendapat sindiran seperti itu. Guru saya pernah bilang karena disana SMP dan SMA kebanyakan gurunya sama maksudnya mengajar di SMP jug mengajar di SMA. Terkadang tidak bisa menyesuaikan, dari situlah kelemahan mereka.
KRITIKAN DARI TEORI BEHAVIORISME
DAN KOGNITIF DARI KESIMPULAN DI ATAS
Sebagai berikut:
TEORI BEHAVIORISME
1. Sering mengulang atau banyak latihan terkadang membuat jenuh apalagi hafalan, hafalan yang tidak disertai pemahaman terasa kosong tidak memperoleh apa- apa.
2. Memang benar sering banyak latihan menumbuhkan daya ingat kita menjadi kuat atas dasar karena setelah melakukan kesalahan adanya perbaikkan lagi.
3. Kebanyakan semua guru saya dulu menerapkan teori behaviorisme apalagi menjelang UAN pasti selalu dan selalu sering latihan dan itu selalu diulang – ulang.
4. Kelemahan dari teori ini hanya bisa terlihat dari luar hasilnya padahal terkadang mereka tidak mampu dan jenuh jadi kurang memperhatikan kemampuan setiap orang.
5. Teori ini banyak memberi rangsangan dari luar saja tanpa rangsangan tidak ada koordinasi.
TEORI KOGNITIF
1. Pengalaman dari tidak bisa menjadi bisa dikarenakan, misalnya ada hukuman itu akan memacu seseorang untuk lebih baik.
2. Pengalaman belajar yang diperoleh akan berusaha untuk dibandingkan dari setiap apa yang diperoleh sehingga akan diambilah suatu kesimpulan dan dapat dipresepsikan kedepannya.
3. Seperti contoh di atas setiap kemampuan seseorang berbeda sehingga pengalaman yang diperolehnya juga akan berbeda.
4. Lingkungan mempengaruhi perkembangan kognitif setiap individu karena pengalaman dan pengetahuan itu ada pada orang yang menjalaninya, apa yang menurut mereka berkesan dan akan selalu diingat.
5. Pengalaman yang diperoleh dipengaruhi lingkungan, misal lingkungan baik pengalamannya juga baik dan sebaliknya.
Langganan:
Postingan (Atom)