Jumat, 26 Agustus 2011

Kasih Tak Sampai

Pemuda ganteng, shaleh, taat dan bertanggung jawab, itulah dambaan dari setiap putrid remaja. Sudah macho, tajir lagi.

Di salah satu ibukota propinsi, ada seorang professional muda seperti itu, rajin beribadah, giat, sopan santun, hormat dan bahkan ‘alim.

Pemuda ini mengadakan kunjungan kerja ke suatu daerah. Dalam pertemuan orang banyak itu, tampak ada satu wanita yang cantik dan menarik hati. Dan akhirnya berkenalan. Sebutlah namanya Putri.

Dari pandangan mata kedua muda-mudi ini memancar sinar yang menembus hati mereka. Benih cinta yang ada di dalam hati pemuda ini seperti tersiram hujan, lalu tumbuh mengeluarkan aroma ke seluruh anggota tubuh. Putrid pun merasakan hal yang sama, tetapi dia bisa menyembunyikan perasaannya.

Selang beberapa waktu, datan utusan pemuda ke rumah orang tua Putri untuk menanyakan statusnya dan hendak meminangnya. Utusan tersebut mendapat penjelasan bahwa orang tua Putri sudah punya perjanjian akan menikahkan anaknya. Putri sudah dijodohkan dengan anak laki-laki saudaranya (anak pamannya).

Kandas sudah niat pemuda itu untuk menyunting Putri. Padahal cinta yang sudah terlanjur tumbuh tidak mungkin ditebang, aroma cinta yang sudah memenuhi sudut-sudut hati tak mungkin disumbat.

Dibiarkan rasa cinta itu tetap tumbuh apa adanya, karena cinta tidak harus memiliki. Rencana perjodohan orang tua Putri tidak bisa mematikannya.

Begitu juga dengan putrid. Dia sadar, kalau orang tuanya telah menjodohkan dengan anak pamannya. Tetapi pandangan cinta pertamanya tak mungkin terhapus begitu saja. Dibiarkan cintanya kepada pemuda kota it uterus berkembang. Apalagi kepastian kapan pernikahan dengan anak pamannya juga belum jelas. Bahkan Putri menyangsikan akan kesungguhan anak pamannya.

Keduanya semakin subur cintanya, walaupun tidak pernah bertemu lagi setelah pertemuan yang pertama. Cinta itu bersemi dalam perasaannya masing-masing. Keduanya saling menunggu. Putri menunggu ungkapan kata hati pemuda. Begitu juga sang pemuda. Hingga akhirnya Putri mengirim surat.

Bagai orang yang dimabuk kepayang, dibuai rasa cinta, sungguh betapa indahnya kata-kata yang tertata dalam ungkapan. Di sana ada kata sanjungan, ada kata pujian, ada kata-kata mutiara, ada manja dan segala macamnya, bagai pujangga. Intinya berbunyi:”….. telah datang kepadaku firasat bahwa kamu sangat mencintaiku, akupun demikian, cintaku padamu menjadi cobaan yg berat yg harus kutanggung. Siang jd pikiran, malam jd impian. Aku mau makan ingat kamu, aku mau tidur ingat kamu, aku mau pipis ingat kamu (seperti nyanyian aja). Di dadaku ada kamu, diotakku ada kamu, di kamarku ada kamu, dimataku ada kamu (nyanyi lagi). Jika kamu berkenan, aku akan datang menemuimu, atau jika kamu mau, datanglah padaku, temuilah aku segera, aku setia menunggu kedatanganmu”.

Kepada orang yg menyampaikan surat, pemuda itu berkata:” sesungguhnya aku jg sangat mencintainya. Apa yg dirasakan olehnya sama dengan apa yg aku rasakan. Bahkan mungkin cintaku lebih berat. Tidak mungkin aku memilih salah satu dari kedua permintaan Putri. Mendatangi putrid, atau dia datang padaku. Sampaikan pesanku dari firman Allah!
Katakana: sesungguhnya aku tacit akan azab hari yg besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku (Al-An’am:15).

Apalagi Putri sudah dijodohkan. Tidak boleh laki-laki bertemu dengan wanita yang bukan mahramnya. Utusan itu segera pulang dan menyampaikan apa yg telah disampaikan oleh sang kekasih putri terkagum-kagum dan berkata:”aku tahu sekarang, dia tidak saja tampan tetapi juga zuhud, takut kepada Allah. Demi Allah, tidak ada yang berhak menjadi suamiku selain dia, hanya diayang mempunyai keistimewaan, sedangkan yang lain semuanya sama.

Sejak tahu akhlak kekasihnya itu, putri memutuskan seluruh urusan keduniaan. Semua kehidupannya dibalut dengan urusan akherat. Pakaiannya adalah taqwa. Hiasanya adalah amal shaleh. Bersamaan dengan itu, putri semakin menggelora cintanya. Cintanya bukan lagi didasari nafsu, tetapi karena Allah. Hari-harinya dilewati dengan cintanya yg membara. Waktu-waktunya diselimuti dengan kerinduan untuk bertemu, tetapi tdk tahu kapan saatnya.

Dunia terus berputar, dan sang kala tidak pernah berhenti. Rindu dan cinta menjadi penyakit yang tak bisa disembuhkan, hingga akhirnya putri meninggal dunia. Kasih tak sampai.

Berita kematian putri didengar oleh pemuda itu. Tetapi dia tidak sanggup untuk melihat jenazahnya. Dia hanya bisa berziarah sesudah dimakamkan. Setelah pulang dari ziarah, malamnya dia bermimpi, seakan melihat putri berwajah indah mempesona. Kepadanya ditanya:”bagaimana keadaanmu? Apa yg kamu lihat sesudah kedatanganku?”

Putri menjawab: (syair)
‘seindah-indah cinta, wahai kekasihku adalah cintamu’
Yaitu cinta yg mengarahkan kebaikkan dan keindahan.

Pemuda : “kemana sekarang kamu kembali?”
Putri menjawab: (syair)
“menuju kenikmatan dan kehidupan yg kekal dan abadi, di dalam surga kelanggengan, di dalamnya ada kekuasaan yg tidak rusak”.

Pemuda itu berharap :”ingatlah aku di sana, sebutlah namaku di sana, karena aku tidak pernah melupakanmu”.

Putri menjawab:”tidak, demi Allah aku telah melupakanmu. Dengan melihat Wajah Allah, yg lain semuanya hilang dari ingatanku. Aku telah meminta untukmu kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu, agar bisa bersatu denganmu, maka bersungguh-sunguhlah kamu di dunia”.

Pemuda bertanya:”kapan aku bisa melihatmu?”
Putri menjawab:”kamu akan bertemu aku dalam waktu dekat”.

Setelah itu, tidak lama, hanya selang tujuh malam, pemuda itu meninggal dunia. Allah merahmati keduanya di dunia dan di akherat. Inilah cinta sejati, walau tidak bisa bertemu di dunia, walau tidak bisa bersatu di dunia, nanti akan bertemu di akherat. Yang penting, jangan kotori cinta dengan nafsu dan perbuatan yg menghinakan. Dasarilah cinta karena Allah. Cinta harus bisa mmenggairahkan hidup beragama, bukan sebaliknya malah melanggar norma agama. Orang bilang, cinta tak harus memiliki. Karena itu apapun alasannya tidak dibenarkan mencoba-coba melakukan perbuatan yang belum menjadi haknya. Bagi laki-laki, jgn bermain-main di wilayah wanita “ma bainar raqabah wa rukbah (antara leher sampai lutut). Bagi wanita jgn main-main di wilayah laki-laki “ma baina surrah wa rukbah (antara pusar dan lutut). Berbahaya jika diteruskan akan menjerumuskan kepada perzinahan.

Sumber:”Ada Apa dengan Wanita” (H. Jefri Al-Bukhori bin H. Imail Modal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar